UNIGA, (GE).- Sebagai upaya menangkal pengaruh aliran sesat dan paham radikalisme khusunya di kalangan Kampus, baru-baru ini Universitas Garut, Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan (FPIK) menyelenggarakan seminar bertajuk “Mencegah Aliran Sesat dan Paham Radikalisme di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam”, Selasa (08/3/2016).
Seminar yang masih dalam rangkaian Hari Jadi Garut ke 203 ini digelar di Aula serba guna Uniga ini dihadiri Wakil Rektor I bidang Akademik Dr. Ijudin, S.Ag., M.Si., Dekan FPIK Uniga Dr. Hj. Hilda Ainissyifa, M.Ag. beserta unsur pimpinan civitas akademika Uniga serta beberapa tamu undangan baik dari unsur pemerintah daerah, LSM maupun organisasi kemasyarakatan Garut. Dalam seminiar kali ini panitia menghadirkan nara sumber Dr. H. Mastuki, M.Ag. yang merupakan Kasubdit Kelembagaan Direktorat Pendidikan Tinggi Islam.
Dalam pidatonya, Wakil Rektor I bidang Akademik Dr. Ijudin, M.Ag. mengungkapkan, bahwa Universitas Garut berupaya terus memberikan kontribusi demi peningkatan pembagunan Kabupaten Garut, salah satunya dengan menggelar seminar ini.
“Setelah kemaren kita menyaksikan Sminar tentang Konsep “Cyber City” dilanjutkan dengan seminar dalam rangka mengangkat Potensi Domba Garut untuk menghadapi MEA dan hari ini kita melaksanakan seminar dalam rangka pencegahan aliran sesat dan paham radikalisme. Seminar ini dilaksanakan sebagai jawaban atas maraknya aliran sesat dan paham radikalisme. Untuk itu seminar ini terasa strategis dalam upaya meluruskan serta sebagai sarana dialog sehingga sedini mungkin alrian sesat dan paham radikalisme bisa kita atasi bersama” ungkapnya.
Senada dengan Wakil Rektor, Dr. Hj. Hilda Ainissyifa, M.Ag. Dekan FPIK Uniga dalam sambutanya mengatakan, bahwa pada konteks kekinian, ada hal yang sangat krusial untuk menjadi sebuah tantangan di negara kita maupun dunia.
“Menghadapi banyaknya aliran sesat dan paham radikal Radikalisme adalah pola pikir dan tindakan yang berlebihan dalam mentransformasi nilai-nilainya pada kehidupan manusia.” Jelasnya.
Dikatakannya, radikalisme merupakan bentuk kekakuan pemikiran yang kerap kali dipicu oleh pemahaman yang keliru tentang agama, dan didorong oleh kekecewaan sekelompok orang terhadap kondisi yang ada. Beberapa kejadian radikalisme yang terekam di tanah air dapat dikenali sumber radikalisme juga didorong oleh masalah ekonomi, sosial dan budaya. Sejatinya agama hadir untuk menciptakan harmoni dalam kehidupan.
“Ketika memahami agama sebagai tujuan hidup, maka agama akan hadir sebagai jawaban atas berbagai ketimpangan. Agama akan hadir sebagai penjaga moral, pengawal perdamaian, penuntun kasih sayang antar sesama. Radikalisme merupakan penistaan agama, dengan menempatkan agama sebagai alat. Alat politik, perangkat propaganda, perkakas ideologi. Sehingga agama digunakan sebagai batas pemisah antar kelompok manusia. Padahal kita memahami agama sebagai alat pemersatu dari kelompok, suku, ras dari turunan Nabi Adam. Melalui seminar ini, saya mengajak seluruh peserta untuk kembali menempatkan agama sebagai tujuan hidup,” paparnya.
Sedangkan pembicara Dr. H. Mastuki, M.Ag., mengapresiasi kegiatan seminar seperti ini, kalangan intelektual muda seperti mahasiswa menjadi sasaran empuk untuk dijadikan target penyebaran aliran dan paham radikalisme ini, aliran sesat dan radikalisme menjadi musuh bagi seluruh umat manusia.
“Untuk itu upaya pendekatannya tidak bisa hanya parsial saja, tetapi harus komprehensif dan berkesinambungan. Meskipun kita harus menyadari bahwa lahirnya aliran sesat dan paham radikalisme ini sebagai bagian dari pengaruh Politik Nasional ataupun Internasional, politik pecah belah dan saling membentur benturkan antara kelompok yang berbeda adalah satu strategi yang efektif untuk menghancurkan sebuah bangsa seperti yang terjadi negara di timur tengah. Pelurusan dan penyeragaman tentang pemahaman agama sebagai sesuatu yang mutlak dilakukan ditengah tengah derasnya pengaruh global.” Pungkasnya. (Tim GE)***
